Sabtu, 06 Agustus 2011

Ketika Tuhan Seakan Diam


By Paul Golden
IMG
5 Agustus 2011



Angkat, angkat!" anda berteriak ke arah telpon di saat seseorang yang anda kasihi tergelatak tak berdaya di lantai. Anda berusaha menghubungi rumah sakit. Terus berdering, namun tak ada jawaban. Berapa lama ya Tuhan, berapa lama hingga mereka menjawab? Sunyi.
  Bayangkan desperasi anda. Detik berubah menjadi menit, tapi tetap tak ada respon. Anda mencoba mencari bantuan namun hanya kesunyian yang ada.
Pernahkah anda memanggil Tuhan dan tidak ada respon? Pernahkah anda merasa Tuhan seperti tuli terhadap anda? Raja Daud pernah. Di Mazmur 13, Daud menyimpan kefrustasiannya terhadap Tuhan selama masa kesukaran dan memberi kita sebuah model berdoa ketika kita merasakan hal yang sama yang dialami Daud.
Yang menarik, Daud tidak melengkapi secara rinci panggilan daruratnya kepada Tuhan, jadi kita tidak tahu apakah itu karena penyakit atau kesulitan lain. Kita tidak tahu apakah ketidakresponsifan Tuhan membuat sangat menderita. Salah satu penulis berkomentar, "Waktu yang akan menjadi  sebuah tekanan destruktif, memakai kemampuan laki-laki untuk bertahan dan meningkatkan penderitaan hingga batas non manusiawi".

Ratapan

Mazmur 13 adalah individual ratapan, "gaya dari pemazmur dimana pemdengar mendefinisikan suatu krisis dan melibatkan Tuhan sebagai pertolongan". Hal itu tersimpulkan dalam sebuah catatan akan harapan dan kepercayaan. Daud memercayakan keadaan sulitnya dalam Tuhan, dan pemazmur dengan tulus dan sungguh-sungguh menggarisbawahi reaksi Daud kepada ketidakresponsifan Tuhan. Pertama, Daud menyatakan masalahnya--dimana malah menjadi ketidakresponsifan dari Tuhan sendiri. (ayat 1&2)
Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?
  Daud mengadakan pembelaan terhadap Tuhan sebanyak 4 kali, bertanya "Berapa lama?" Anda dapat merasakan intensitas dari emosi tersebut dalam pertanyaan retorik Daud. Ia merasa diabaikan dan dilupakan oleh Tuhan--terasingkan, sendiri dengan pikirannya. Seperti penelpon di atas, Daud amat merasa susah.
  Ia kemudian mengungkapkan dengan kata-kata kesusahannya seperti ia sedang bergulat dengan masalah yang tak pernah berhenti  dan amat banyak. Emosi Daud  mungkin tidak sama dengan beberapa pembaca. Meskipun demikian, Kenneth Barker dan Waylon Bailey mencatat,
  Tuhan adalah teman bagi orang ragu yang jujur yang berani berbicara kepada Tuhan daripada berbicara kepada dirinya sendiri. Seorang pendoa yang mengikutsertakan sebuah elemen dari 'bertanya pada Tuhan' mungkin adalah sebuah arti dari imannya yang bertumbuh. Mengekpresikan keraguan dan menangisi ketidakadilan situasinya menunjukkan satu iman percaya dalam Tuhan dan satu kepercayaan  bahwa Tuhan punya jawaban terhadap masalah manusia yang tidak terpecahkan.
  Ketika anda berhadapan dengan kefrustasian anda dengan Tuhan, katakan sejujurnya di dalam Dia--seperti Daud--mengekspresikan kesulitan dan susah payah anda.

Permohonan

  Daud kemudian mentransisi dari 'bertanya pada Tuhan' ke 'berdoa pada Tuhan'. Ia memohon akan sebuah respon (ayat 3&4): 
Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati,supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah.
Pemazmur menggunakan tiga tingkatan doa (melihat, menjawab, dan memberi cahaya) untuk memohon dengan sangat kepada Tuhan. Ia mencari sebuah jawaban--terutama respon positif dari berkat dan kemurahan Tuhan.
  Daud kemudian berseru pada Tuhan dan reputasiNya (ayat 4). Seorang komentator menulis: "Sebelum masalah lain datang, dan sebelum pihak yang tak bertuhan punya alasan untuk bersukacita akan kemenangan mereka, Tuhan harus bertindak untuk menjaga kemuliaanNya. Daud memohon pada Tuhan, secara esensial, "Tolong berikan aku sesuatu untuk bersukacita, Jika tidak, tolong jangan berikan musuhku alasan untuk bersukacita. Seperti Daud, kita harus berdoa pada Tuhan di tengah-tengah keadaan yang sulit dan bertanya akan sebuah respon.

Pujian

  Sesudah Daud mengekspresikan masalahnya dan berdoa, ia memuji Tuhan akan kebaikanNya dan berkat-berkatNya (ayat 5&6):
Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.
Sebuah hal yang kontras dari awal seruan emosional Daud pada Tuhan (ayat 1&2) dibandingkan ayat ini yang berisi kepercayaan pada Tuhan. Daud menggambarkan pilihannya untuk percaya dalam Tuhan daripada melihat kesulitan keadaannya. Ia mengekspresikan kepercayaannya pada Kasih Tuhan yang tak putus-putusnya--memutuskan untuk bersukacita dan bernyanyi untuk Tuhan sebab "Ia baik padaku".
 Telah dikatakan Daud, "Walau ia telah mengalami putus asa, pemazmur tidak menyerah...Ia berpegang pada janji Tuhan." Daud tidak dibanjiri dengan kesulitannya; dalam situasinya yg menantang, ia berkata, "Aku percaya." Martin Luther pernah berkata, "Pengharapan menghilangkan harapan namun kehilangan harapan memberi harapan."
  Hal lain yang menarik, semua keluh kesah Mazmur (pengecualian pasal 88) berakhir dengan pujian kepada Tuhan karena pelepasan dan kesetiaanNya. Claus Westermann mendeskripsikan hasil dari kepercayaan Daud: "Orang yang menaruh ratapannya kepada Tuhan tidak akan tetap selamanya dalam ratapannya. Daud dengan tegas menaruh kepercayaannya dalam kuasa Tuhan. Ia menetapkan untuk menaruh kepercayaannya pada apa yang ia tahu benar adanya akan karakter dan kesetiaan Tuhan daripada terus berada dalam perasaan yang kecewa dan hilang semangat.
  Dr. Mark McGinniss berkata, "Sikap diam Tuhan tidak berarti keabsenan Tuhan." Daud memutuskan untuk percaya bahwa Tuhan yang kuasa, dimana kepada Dia ia melayani, bekerja di balik layar meskipun Ia tak terlihat.
  Berapa lama, ya Tuhan, aku harus hidup terus dalam penyakit kronis ini? Berapa lama, ya Tuhan, sebelum Engkau membawa kembali cucuku yang suka melawan? Berapa lama, ya Tuhan, aku akan terus menganggur? Berapa lama, ya Tuhan, sebelum Engkau memberi kami anak? Jika kita, seperti Daud, dihadapi dengan apa yang sepertinya menjadi kesunyian yang tidak responsif dari Tuhan--tidak ada jawaban dari rumah sakit padahal kita berseru dalam NamaNya--kita seharusnya mengikuti contoh Daud: Tumpahkan seluruh keluh kesahmu pada Tuhan; berdoa, memohon sebuah respon; dan memuji Dia karena Ia adalah Tuhan, daripada terus berada pada gejolak kesusahan kita.
  Tuhan punya maksud akan semua hal, bahkan di saat Tuhan seperti diam. Ia berjanji, Ia tidak akan meninggalkan kita bahkan mengabaikan kita (Ibr 13:5). Memanggil namanya adalah sebuah panggilan Urgensi.

Tuhan Yesus Memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar