Jumat, 20 Januari 2012

Jurnalis Saudi: Polisi Agama Membiarkan 15 Murid Perempuan Mati Terbakar Karena Tidak Memakai Hijab


19 Jan 2012


Dalam interview yang disiarkan oleh Dream2TV Mesir pada 10 Januari lalu, Jurnalis Saudi Nadin Al-Badir menceritakan kembali perlakuan kejam hingga pembunuhan yang mengerikan - termasuk memaksa lebih dari satu lusin anak-anak perempuan sekolah terbakar hidup karena tidak memakai pakaian resmi tradisional Islam penutup kepala pada saat kejadian - dilakukan oleh polisi agama setempat atau dinamakan "Otoriti Untuk Kebijakan Promosi" (Authority for the Promotion of Virtue). Jurnalis tersebut juga menyatakan bahwa kebanyakan dari polisi-polisi itu adalah mantan pelaku kriminal baik itu pemakai obat-obat terlarang atau pengedar.

Al-Badir menjelaskan, "Bahkan Sheik Abd Al-Muhsen Al-Abikan, penasehat pengadilan negara menyarankan bahwa Otoriti tersebut seharusnya dibubarkan." Ia menambahkan, "Ia berkata bahwa kebanyakan dari mereka dulunya adalah pengedar obat-obat terlarang, juga pemakainya, pencuri dan mantan kriminal jalanan yang telah bertobat secara tiba-tiba dan kini lebih ekstrim kasar. Orang-orang ini, menurut Sheik Al-Abikan, seharusnya tidak diijinkan memiliki akses di setiap otoritas, karena mereka melakukannya dengan cara yang tidak benar."

Di segmen awal, Al-Badir menceritakan kisah 28 tahun Hassan Nabil Hmeid, yang dipukul berkali-kali hingga mati karena membiarkan rambutnya hinga panjang.
"Pada akhirnya, semua hal yang mereka tuju adalah sesuatu yang dangkal." Al-Badir mengatakan, "Yang pasti bahwa hidup laki-laki ini berakhir akibat orang-orang yang sensitif untuk bereaksi, yang ingin membawa jaman ini kembali ke ratusan tahun yang lalu. Saya tidak percaya situasi pada saat itu lebih buruk dari yang mereka inginkan terjadi."

Al-Badir juga mengingatkan akan insiden mengerikan ini ketika kebakaran terjadi di sekolah perempuan Arab Saudi itu, akan tetapi seluruh murid perempuan yang ada di dalam dipaksa untuk tinggal di dalam gedung yang terbakar hingga mereka juga ikut mati terbakar, karena mereka tidak memakai hijab.
"Akan lebih mudah untuk memadamkan api tanpa seorang pun terluka. Tetapi anggota dari Otoriti itu berdiri di depan pintu dan mencegah murid keluar, dikarenakan para murid sedang tidak memakai hijab."
"Bagaimana mereka bisa memakai hijab ketika sekolah sedang dilalap api?" lanjutnya. "Mereka juga mencegah orang tua untuk masuk ke area."
"Akan tetapi adalah sebuah kewajiban untuk menyelamatkan mereka dari kematian. Siapa yang peduli kalau mereka memakai abaya atau tidak? Misi mereka adalah menyelamatkan orang dari api neraka, bukan dari kematian," Al-Badir merespon. "Mereka percaya bahwa anda akan mati secara martir. Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran mereka saat itu."Al-Badir melanjutkan:
Saya bicara tentang murid sekolah usia 13 tahun, bukan mahasiswa. Mereka ini murida perempuan. 15 murid mati akibat Polisi Otoriti tersebut, bukan karena api. Mudah saja para murid diselamatkan. Apakah anggota Otoriti itu diadukan ke pengadilan? Tidak yang saya lihat. Departemen Pendidikan untuk Anak Perempuan dianeksasi ke Kementerian Pendidikan, namun Otoriti tidak pernah bertanggung jawab. Menghukum, tapi tidak pernah dihukum sendiri. Anda tidak pernah bisa mendapatkan keadilan. Bahkan jika mereka menusuk atau membunuh Anda, tidak ada yang bisa menahan mereka bertanggung jawab. 
Al-Badir berkata, komplain yang telah diajukan terhadap Otoriti menjadi sia-sia, dimana tidak ada aksi pengadilan telah diambil. Ia juga menggarisbawahi bahwa rata-rata dari "semua bentuk tindakan pelecehan seksual adalah yang tertinggi."
"Otoriti itu adalah musuh masyarakat. Bagaimana bisa mencegah hal itu??

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar