Minggu, 31 Juli 2011

Pemboikotan Israel


By. Josua Sihotang
30 Juli 2011

  Universitas Serikat Pekerja London (ULU) pertengahan Mei 2011 memvoting 10-1 dalam usahanya untuk Boikot. Pembebasan dan Sangsi (BDS) terhadap regim Israel dan aksinya dalam mendukung Palestina.
"Kami memiliki teladan dalam Kampanya Pemboikotan ini di ULU terutama dengan Afrika Selatan dan kampanye pemboikotan Barclay Bank yang mendukung regim Apartheid. Kami merespon panggilan Palestina akan aksi sipil dalam dukungannya melawan rasisme", demikian dikatakan Ashok Kumar, Anggota Senat LSE.

  Contoh di atas adalah salah satu aksi menentang Israel, dari sekian banyak aksi yang merebak di seluruh Eropa bahkan dunia (http://www.inminds.com/boycott-brands.html). Gerakan ini justru banyak diawali dari kampus-kampus atau organisasi sosial.
Aktivis dan cleric Afrika Selatan Desmond Tutu mendukung aksi Olympia, Washington, Food Cup boikot terhadap produk-produk Israel tahun lalu. Di Irlandia, anggota dari Dublin Food Co-op melakukan voting pada saat general meeting bulan November untuk memboikot barang-barang Israel.
  Anggota serikat pekerja di Afrika Selatan menolak loading dari kapal Israel, sementara pekerja-pekerja di Inggris mengajukan usul untuk menolak seluruh barang-barang dari "occupied Lands" (baca. tanah yang diduduki Israel).
Aksi pemboikotan Israel juga menarik perhatian artis Hollywood Meg Ryan dimana ia membatalkan kehadirannya di Festival Film di Jerusalem sebagai aksi protes terhadap kebijakan Israel. Aksi Internasional ini dipicu oleh kampanye global (Boikot, Pembebasan dan Sangsi bagi Palestina - BDS) yang diawali pada juli 2005 dan saat ini didukung oleh hampir 200 organisasi non pemerintah. Dalam websitenya (www.bdsmovement.net), BDS berusaha menekan Israel hingga okupasi dan kolonisasi terhadap tanah-tanah Arab berakhir. Mereka juga menginginkan untuk menghilangkan dinding pembatas yang notabene telah membantu Israel mencegah masuknya teroris,; dan menuntut pengembalian properti-propertinya kepada keturunan-keturunan Arab yang meninggalkan kampung halamannya sejak Perang Kemerdekaan Israel 1948.
  Ketika suara pemboikotan semakin berdengung, realita di lapangan justru terabaikan. Di saat Benjamin Netanyahu dalam tekanan untuk menghentikan pembangunan sementara di Judea Samaria (WestBank) selama 10 bulan, justru pekerja-pekerja konstruksi Palestina yang merasa dirugikan. Ketika perusahaan Israel Sabra yang memproduksi Hummus (pasta atau saus tipikal Timur Tengah) diboikot oleh Komite Universitas Princeton Amerika, orang-orang yang dirugikan justru bayi-bayi prematur Serbia dan anak-anak yang menderita kanker.
  Contoh lain dari 'kebrutalan Israel' melibatkan distribusi harian Israel akan bantuan kemanusiaan dan pengembangan kepada populasi Arab di daerah Gaza. Anda dapat mengakses IDF Website (www.idfspokesperson.com) dan membaca tentang jutaan liter bahan bakar diesel yang disuplai secara aktif ke pembangkit listrik di Gaza dan ratusan pasien yang dibawa dari Gaza untuk mendapatkan perlakuan medis.
  Tahun lalu menteri tenaga kerja Palestina mengatakan kepada Associated Press bahwa pemerintahannya berencana untuk menyiapkan $50 juta untuk menyubsidi ribuan orang Palestina yang berhenti dari pekerjaannya di Israel, artinya mereka dipaksa berhenti bekerja dan mendapat bantuan tersebut.
We are now responding to the Palestinian call for civil action in support of their fight against racism”, said Ashok Kumar, Senate member for LSE, speaking in favour of the motion.

  ULU adalah serikat pelajar terbesar di Eropa dengan 120 ribu anggotanya dari seluruh kampus di London. Senat ULU terdiri dari presiden-presiden dari 20 serikat pelajar mewakili seluruh Universitas di London. "Kami bangga akan gerakan ini. Kami telah melihat melalui sejarah bagaiman boikot memainkan peran nonviolent taktik dalam pencapaian kemerdekaan, dan target institusi dan bukan individual", demikian dikatakan James Haywood, Presiden terpilih serikat Pelajar Goldsmith.

Sumber : IMG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar