Selasa, 30 April 2013

Lambang Kebaikan Dan Kehidupan Itu Kini Jadi Tabu

29 April 2013
Sumber : wnd.com



Bendera adalah lambang dari suatu negara, lambang jatidiri dan integritas, perlambang kejayaan, kemakmuran dan kebanggaan rakyatnya. Kebanyakan orang percaya bahwa corak dan bentuk sebuah bendera dibentuk atau dibuat tidak secara kebetulan. Demikian juga Merah Putih, yang walaupun berawal dari bendera Belanda, adalah perlambang bangsa yang berani, tidak pantang mundur, gigih namun tetap dilandasi hati yang tulus. Namun ada juga bendera yang menjadi lambang kenistaan, ketabuan sekaligus saksi bisu kekejaman seorang pemimpin: Swastika! Simbol dari Partai Nazi di tahun 1920. 



Sejarah Awal

Bukti awal arkeologi menyatakan ornamen bentuk swastika berawal pada  peradaban Indus Valley juga pada zaman purbakala klasik Mediteran. Swastika juga digunakan di peradaban kuno lainnya termasuk Cina, Jepang, India dan Eropa Selatan. Namun tetap digunakan dalam agama India, secara spesifik di Hindu, Buddha dan Jainisme, utamanya sebagai sebuah simbol tantra untuk membangkitkan shakti atau simbol keramat dari kesuburan atau kesejahteraan. 

Kata "swastika" datang dari Sanskrit svastika - "su" artinya "baik" atau "sejahtera/subur", "asti" artinya "menjadi", dan "ka" sebagai tambahan. Arti harfiahnya adalah "menjadi baik". Atau translasi lain dapat diuraikan: "swa" adalah "diri yang lebih tinggi", "asti" artinya "menjadi", dan "ka" sebagai tambahan, jadi artinya dapat diinterpretasi "menjadi diri yang lebih tinggi".

Di era 1800-an, negara-negara di sekitar Jerman tumbuh lebih besar, membentuk kerajaan, namun Jerman bukanlah negara bersatu hingga tahun 1871. Untuk mengatasi perasaan kerentanan dan stigma pemuda, nasionalis Jerman di pertengahan abad kesembilan belas mulai menggunakan swastika, karena memiliki asal usul kuno Aryan/India  untuk mewakili sejarah panjang Jermanik.

Pada akhir abad kesembilan belas, swastika dapat ditemukan pada majalah nasionalis Jerman völkisch  dan merupakan lambang resmi dari Liga Pesenam Jerman.
Pada awal abad kedua puluh, swastika adalah simbol umum nasionalisme Jerman dan dapat ditemukan di banyak tempat seperti lambang untuk Wandervogel, sebuah gerakan pemuda Jerman, pada Joerg Lanz von Liebenfels' majalah antisemitisme Ostara; pada berbagai unit Freikorps, dan sebagai lambang Thule Society.


Arti Warna Pada Swastika Ditinjau Dari Kosmologi

Menurut Profesor Jean Haudry, tiga fungsi atau sistem kasta dari Arya kuno diwakili oleh tiga warna yang menonjol di antara berbagai bangsa Indo-Eropa. Ketiga warna kosmik ini adalah putih, merah dan hitam atau biru. Putih mewakili imam atau pemimpin rohani, merah mewakili prajurit dan hitam atau biru produsen. Kasta di Indian Kuno dinamai varna dan Avestic pistra, keduanya berarti warna.

Secara signifikan, bendera-bendera nasional dari bangsa-bangsa Eropa saat ini menggabungkan skema ini, yaitu Kroasia, Republik Ceko, Perancis, Islandia, Luxemburg, Belanda, Norwegia, Negara Federasi Rusia, Serbia (meskipun mahkota emas ditumpangkan), Slovakia, Slovenia, Inggris, Mordovia (bagian dari Rusia), Piedmont (bagian dari Italia), Udmurtia (bagian dari Rusia dan merah, putih dan hitam), Kepulauan Faroe (milik Norwegia), Republik Srpska, Sealand (merah, putih dan hitam). 

Secara historis tentu saja bendera Konfederasi Jerman Utara (1866-1871), First Reich (1871-1918) dan Third Reich (1933-1945) adalah merah, putih dan hitam.

Sesudah Perang Dunia Pertama, munculnya Weimar Republik (1919-1933) dan Bundesrepublik (1945-seterusnya) tentu saja mendistorsi skema warna ini disaat kesadaran rasial yang nyata dari orang-orang Jerman telah terdistorsi dan dikorupsi. Beberapa orang percaya bahwa skema ini hanya kebetulan semata atau hanya dipilih untuk alasan estetika. Akan tetapi jelas warna-warna ini berada dan menempati tempat yang penting dalam Kesadaran Kolektif dari orang-orang Aryan Eropa. 

Profesor Haudry menyatakan bahwa ketiga warna tersebut juga menyimbolkan tiga dunia yang nyata atau utama, putih untuk langit, merah untuk dunia tengah (Midgaard) dan hitam untuk dunia bawah (neraka?). Haudry juga mengatakan dalam The Indo-Europeans: "Pembagian ini mungkin hasil dari penempatan tiga dunia itu dalam relasi dengan ketiga fungsi tersebut, tapi jika dasar naturalistik sudah seharusnya ada, anggapan tersebut mungkin dijustifikasi dengan kosmologi sesuai kearah mana tiga langit itu berotasi mengelilingi bumi, dengan hari-langit, "embun-putih, malam-langit hitam, dan diantaranya sebuah senja-langit merah. Yang terakhir ini menjadi acuan awal dari istilah "reg-os: the root "reg-berarti mewarnai merah", Ved rajyati." Sebagai bagian dari Woden's Maennerbund kami memasukkan tiga warna dalam simbolisme kami dan tentu saja setiap hari dengan memakai warna hitam mendominasi kebiasaan berpakaian saya. Seperti Arya dan prajurit Wodenic yang terbangun, kita menggabungkan semua tiga warna, semua ketiga fungsi-fungsi itu kedalam bangsa Aryan Bersatu kami secara kolektif dan dalam diri kami secara individu."

Cukup menarik membaca pekerjaan Haudry, dimana Ormadzd atau Ahura Mazda berdasarkan Zend Avesta memakai pakaian putih imam, merah pada prajurit dan biru pada pria menikah ketika menciptakan dunia. Dalam dunia Jermanik kita dinformasikan oleh Tacitus dalam Germanianya bahwa masyarakat Jermanik memiliki tiga divisi; Ingaevenes, Hermiones dan Istvaeones. 

Dalam bukunya "Mein Kampf" tentang pentingnya skema warna di bendera Swastika, Hitler berkata: "Dan Simbol itu benar-benar ada! Tidak hanya suatu warna-warna yang unik, dimana kita semua begitu mencintai dan menggapai begitu banyak kehormatan untuk orang Jerman, membuktikan penghormatan kita untuk masa yang lalu, mereka juga adalah perwujudan dari keinginan suatu gerakan. Sebagai Nasional Sosialis, kita melihat program kita dalam bendera kita. Dalam warna merah kita melihat ide sosial gerakan, dalam putih ide nasionalistis, di swastika misi perjuangan untuk kemenangan orang Aryan."  


Konflik Arti Swastika

Terjadi debat sengit saat ini apakah arti swastika sekarang. Selama 3000 tahun, swastika berarti positif, kehidupan dan keberuntungan. Namun karena Nazi artinya berubah menjadi kematian dan kebencian.
Konflik ini justru dirasakan langsung oleh orang beragama Buddha dan Hindhu. Buat mereka swastika adalah simbol religius yang sering digunakan. Chirag Badlani pernah bercerita, suatu saat ketika ia pergi membuat potokopi untuk kepentingan kuilnya. Ketika berdiri mengantri, beberapa orang berdiri di belakangnya dan melihat sati dari gambar-gambar yang akan dikopi berbentuk swastika. Serentak ia disebut seorang Nazi.

Sayangnya, para Nazi dulu begitu efektif menggunakan simbol swastika, dimana banyak orang tidak tahu arti sesungguhnya dari swastika.
Dapatkah dua arti yang mutlak berbeda untuk satu simbol?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar