Minggu, 07 Agustus 2011

Keyahudian Dari Bait Tuhan


By. Randall Price
6 Agustus 2011
IGM



Para pengunjung akan disambut ke dalam sebuah ruangan besar dengan meja-meja konferensi dan rak-rak buku yang terisi dengan buku-buku  Hukum Islam. Tergantung di salah satu dinding foto Yasser Arafat. Saya berada di sana untuk mewawancarai seorang Islam cleric untuk dokumentasi tentang "Haram". Ketika pertanyaan saya mengarah ke isu tentang Haram menjadi Bait Allah Yahudi, seorang grand mufti Palestina yang saya ajak interview, Ikrima Sabri, berubah menjadi gelisah. "Tidak ada Bait semacam itu di sini!" kata dia. Sebagai bukti, ia berargumen: "Apabila pernah ada sebuah bait eksis di Haram, Allah tidak akan memerintah untuk membangun sebuah Mesjid di sini." Lalu ia berkata, "Tidak ada satu batu pun ada  di seluruh kota ini membuktikan keberadaan Yahudi di Yerusalem.
  Pernyataan ia merefleksikan reivisi Palestina akan sejarah yang telah menjadi sejarah resmi bagi orang-orang Palestina. Di tiap sekolah cerita tersebut diajari pada semua tingkat dan dikotbahkan dari mimbar mesjid setiap jumat oleh muslim cleric. Bait Allah dan isu akan perombakan Bait tersebut menjadi dasar konflik Israel-Palestina.
  Banyak orang-orang Israel tidak secara serius memandang intensitas perasaan muslim terhadap prospek Bait Allah ketiga. Dari pemicuan akan mesjid al-Aqsa oleh turis 'Kristiani' di tahun 1969 hingga pembukaan akan pintu keluar ke terowongan Western Wall (dinding ratapan) di tahun 1995 hingga rekonstruksi dari tempat berjalan atau gang menuju Mughrabi Gate di tahun 2006 hingga rekonstruksi dari Sinagoge Hurva  di Jewish Quarter tahun lalu, para penguasa Islam menginterpretasi setiap aksi (Haram al-Sharif) sebagai satu usaha yang disengaja untuk menghancurkan tempat kudus Muslim dan membangun Bait Yahudi.
  Banyak rupa hasil dari aksi Muslim propaganda ini yang menolak keberadaan Bait kuno tersebut dimana orang-orang barat meragukan sejarah Bait tersebut, demikian juga argumen akan lokasi di mana Islam Haram terletak.

Apa yang tertulis di Alkitab

  Alkitab menyimpan secara samar eksistensi sejarah dan lokasi topografi dari dua Bait Yahudi dimana, melalui sejarah Yahudi, telah diletakkan di atas Bukit Muria (Mount Moriah). Lokasi tersebut diawali ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk mengorbankan anaknya Ishak di atas sebuah bukit di tanah Muria (Kej.22:2).
  Kemudian Tuhan mengesahkan bangsa Israel di tanah Israel (2 Sam.7:10) dan berkata kepada Raja Daud,"Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya."  Tuhan menegaskan pilihanNya akan letak Bait tersebut ketika Ia memerintah Daud untuk membiayai mezbah di tempat pengirikan Ornan orang Yebus dan mendirikan altar untuk mempersembahkan korban bakaran (1 Taw.21:18-29). Daud mendeklarasikan, "Lalu berkatalah Daud: "Di sinilah rumah TUHAN, Allah kita, dan di sinilah mezbah untuk korban bakaran orang Israel" (22:1).
  Tempat tersebut adalah Bukit Muria: "Salomo mulai mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem di gunung Moria, di mana TUHAN menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang ditetapkan Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu" (2 Taw.3:1).
  Ketika orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dari Babylon dibawah maklumat Raja Koresy (36:22-23), mereka membangun  Bait kedua tepat di mana Bait pertama dibangun: "Biarkanlah pekerjaan membangun rumah Allah itu. Bupati dan para tua-tua orang Yahudi boleh membangun rumah Allah itu di tempatnya yang semula" (Ezra 6:7). Mereka mewajibkan untuk membangunnya "di tempat semula", artinya di pondasi awal dibangun (2:68). Secara theologis, kemungkinan saat itu tidak ada lokasi lain untuk Bait kedua dibandingkan yang pertama disucikan oleh keesaan Tuhan.
  Dedikasi Bait pertama, Kemuliaan Tuhan (Shekinah) mengisi Bait dari Kudus Dari Segala Yang Kudus (1 Raja2 8:10-12), membuat Bait Allah tinggal selamanya (ayat 13). Jadi, Tuhan menunjukkan nabi Yehezkiel bahwa kemuliaan ini, dimana telah hilang sebelum penghancuran dari Bait pertama, akan kembali seperti bagaimana kemuliaan tersebut pergi menghilang (Yeh.9:3; 10:4; 18-19; 11:22-23; 43:1-7). Konsekuensinya, daerah Bait itu harus tetap tidak berubah hingga final restorasi Israel di tanah mereka, di saat kehadiran Tuhan akan tinggal di dalam Bait selamanya (37:22-28).

Apa kata para Arkeolog

  Penggalian para arkeolog juga dengan sepakat mengkonfirmasi bahwa Haram berada di Bukit Moria dan pernah sekali dibangun Bait Yahudi. Walaupun abad ke-10 B.C. (sebelum Kristus lahir), Kerajaan Daud dan Salomo diperselisihkan, saat ini penemuan arkeolog menguatkan keotentikan sejarah mereka. Di Khirbet Qeiyafa, kota provinsi di region Elah Valley, arkeolog membongkar kubu pertahanan impresif dari periode ini. Sebagai tambahan, sebuah Ostracon (pecahan prasasti yang terbuat dari tanah) di Ibrani dari periode yang sama telah ditemukan di salah satu bangunan. Hal itu menyatakan sebuah tingkatan dari kultur tertulis yang secara tidak langsung menyatakan eksistensi dari penyimpanan dokumen-dokumennya. Daerah tersebut mungkin  dulunya sebuah pusat administrasi yang sekarang bernama Netaim sebab kedekatannya dengan daerah berdasarkan Alkitab dari Gedera (1 Taw.4:23).
  Arkeolog juga telah membongkar kota kuno Daud, yang dulu menggunakan kubu pertahanan dan sistem pengairan orang Kanaan dan Yebus. Di daerah selatan Yerusalem, dekat lembah Kidron, penggalian-penggalian telah menyatakan sebuah masif struktur batu bertingkat dari abad ke-13 B.C. di atas  dimana Daud memulai membangun kotanya (Lihat 2 Sam.5:9). Mungkin itu tembok bertahan, dinding penopang dari Benteng Sion, sejak penemuan akhir dari bangunan-bangunan monumental di atas diinterpretasikan sebagai istana Daud. Daerah tersebut adalah perpanjangan bertingkat dari pegunungan di atas istana ini (Ophel) dimana  Bukit Moria terletak dan Bait pertama dibangun Raja Salomo, keturunan Daud.
  Di tahun 2010 sebuah dinding kota dengan rumah gerbang yang dibuat akhir abad 10 B.C. juga telah ditemukan di Ophel. Hal itu menunjukkan bahwa keahlian teknik sudah eksis sejak dahulu di kota itu. Prasasti  terpisah di Ibrani kuno di dalam satu dari beberapa buli-buli besar yang ditemukan dari penggalian di area komplek penggalian mengindikasikan bahwa itu milik pejabat tinggi pemerintah. Cetakan-cetakan segel  juga berhubungan dengan suasana kerajaan. Penemuan ini cocok dengan dokumen alkitabiah dari konstruksi kerajaan yang saat itu memperkerjakan arsitek-arsitek Phoenic (orang-orang jaman dahulu di tanah Kanaan) dan ahli teknik untuk membangun Bait pertama (1 Raj.7:13-14).
  Dalam Alkitab tertulis, Salomo "menyelesaikan pembangunan rumahnya sendiri, dan rumah Tuhan, dan dinding sekeliling Yerusalem" (3:1). Berdasarkan Eilat Mazar, arkeolog yang menggali area tersebut, dinding tersebut mungkin menghubungkan dengan kota Daud dan "terlihat seirama dengan deskripsi dalam Alkitab tentang Raja Salomo membangun garis benteng pertahanan sekeliling konstruksi saat ini (Yerusalem), dimana mengartikan bait itu dan istana kerajaan raja Salomo.
  Biji-biji dari bullae tanah liat (segel kecil dicap dengan nama pengirim dan dilampirkan untuk dokumentasi) ditemukan di dalam sebuah ruangan di kota Daud yang telah terbakar ketika orang-orang Babylon menghancurkan Bait pertama di tahun 586 B.C. Banyak nama-nama dalam buku-buku Yeremia dan Tawarikh ditemukan, termasuk Azarya anak dari Hilkiah yang adalah famili dari imam-imam di periode Bait pertama (1 Taw.9:11).
  Saksi bisu dari Bait kuno adalah Western Wall (dinding ratapan), sebuah  bagian yang masih ada dari dinding Bait kedua yang ke arahnya orang-orang Yahudi berdoa. Dinding ini memanjang 50 kaki di atas plaza modern, tapi juga 50 kaki kebawahnya. Pengunjung dapat berjalan sepanjang paling tidak 1000 kaki dari dinding ini melalui terowongan Western Wall.
  Sebagai tambahan, terdapat Lengkungan Robinson. Dari tahun 1968 hingga 1978 arkeolog Israel Benjamin Mazar menggali banyak struktur yang berhubungan dengan Bait kedua, termasuk tangga rumah yang dikenal dengan nama Lengkungan Robingson, digunakan oleh para imam untuk memasuki Bait. Struktur monumental ini mulai digunakan di kolam Siloam di lembah Kidron dan membawa orang Yahudi (termasuk Yesus dan murid-muridNya) naik melalui Gerbang Huldah dan masuk ke Bait Allah, demikian juga miqva'ot (kolam ritual pembabtisan) yang digunakan oleh Yahudi untuk menyucikan diri sebelum masuk ke halaman Bait.
  Dari tahun 1996 sampai 1998 Ronny Reich menggali di area ini. Penemuannya termasuk sebuah garus jalan kuno dengan toko-toko, dimana orang-orang Yahudi membeli hewan-hewan korban untuk Bait; jejak Lengkungan Robinson; lebih banyak miqva'ot; dan sebuah batu pahatan yang menginstruksikan para imam di mana harus berdiri, meniup trumpet sebagai signal dimulainya Sabat.
  Juga terletak di jalan kuno ini berton-ton batu-batu bangunan dari area Western dari komplek Bait. Mereka dulu dibuang ke bawah dari atas oleh prajurit Roma ketika penyerangan mereka di Bait Allah di tahun ke-9 Av di tahun A.D. 70 (tahun 70 sesudah Kristus). Batu-batu ini  dengan jelas adalah saksi dari penghancuran Bait Allah seperti yang Yesus sebelumnya katakan (Lukas 21:20-24).
  Dalam konteks dari struktur arsitek ini ditemukan kekayaan artifak yang mendemonstrasikan kehidupan sehari-hari orang Yahudi di sekitar Bait. Bukti arkeolog dalam jumlah besar  memverifikasi eksistensi dari Bait Yahudi dan lamanya orang-orang Yahudi tinggal di Yerusalem dan di Bait Allah. Ironisnya, jaman dahulu, turis diberi beberapa dari bukti-bukti ini oleh (siapa lagi) penguasa Muslim.

Apa yang terjadi?

  Cita-cita Islam untuk mendominasi region itu dan menempatkan sebuah ibukota Palestina di Yerusalem telah menuntut penulisan kembali fakta-fakta sejarah (rewriting the facts). Islam harus menghancurkan klaim Yahudi terhadap Yerusalem dan tempat-tempat suci Muslim. Jika orang Palestina mendukung klaim Yahudi, disaat permohonan Israel selama negoisasi perdamaian, akan serupa dengan pendurhakaan dan akan dihukum mati di seluruh dunia Islam.
  Oleh sebab itu, hal itu tidak dapat dipahami seandainya orang Palestina berkompromi akan tuntutan mereka untuk menguasai secara total seluruh Yerusalem atau mengakui eksistensi dari Bait Yahudi. Hal itu tetap untuk mereka yang tahu fakta-faktanya untuk mengatakan kebenaran dan berdiri mendukung 'State of Israel' dalam perang propaganda ini, yang mana lebih jahat dan mematikan daripada senjata di tangan seorang laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar